

Bukan saja merasa tersisih dari Harry dan Hermione yang sering menghabiskan waktu bersama, Ron juga tak pernah melepaskan pendengarannya dari siaran radio gerilya. Beban Ron di perjalanan ini memang tak ringan. Masalah juga timbul saat Ron - yang diam-diam jatuh cinta pada Hermione - merasa cemburu dengan kedekatan Harry dan gadis pujaannya. Maklum saja, wajah Harry sudah tersebar di seluruh penjuru kota dalam selebaran bertuliskan 'Wanted'.


Harry dkk terpaksa tinggal di tenda, berpindah-pindah tempat supaya tak mudah terlacak.

Situasinya makin rumit karena kali ini tiga sekawan penyihir ini tak mendapat bantuan sama sekali dari pihak luar, bahkan dari keluarga mereka sendiri. “ Satu lagi penanda tiga penyihir ini sudah beranjak dewasa adalah adegan ciuman yang semakin berani” Dan jika sudah berhasil ditemukan pun, tak ada yang tahu bagaimana cara menghancurkannya. Tentunya mencari horcrux bukan hal yang mudah, karena tak ada satu pun dari mereka yang tahu apa bentuk horcrux-horcrux tersebut. Horcrux adalah jimat berisi potongan jiwa Lord Voldemort - total berjumlah tujuh buah - yang jika semuanya berhasil dihancurkan, tamatlah riwayat Sang Pangeran Kegelapan. Bahkan pesta pernikahan Bill Weasley dengan Fleur Delacour pun tak berhasil menciptakan suasana suka cita di kediaman keluarga Weasley.ĭari situ, fokus film berpindah pada petualangan Harry, Ron, dan Hermione mencari dan menghancurkan horcrux. Kalau itu masih kurang "muram", di 30 menit pertama sudah ada satu tokoh yang tewas, dan satu lagi yang terluka parah. Kementrian Sihir diambil alih Death Eater (alias Pelahap Maut), muggle dan penyihir "berdarah lumpur" ditangkap dan dibunuh, bahkan demi melindungi keluarganya, Hermione sampai harus menghapus dirinya dari ingatan kedua orang tuanya. Maka The Deathly Hallows dimulai dengan memperlihatkan kekacauan dunia sihir dan dunia muggle sepeninggal Dumbledore. Seri sebelumnya (Harry Potter and the Half-Blood Prince) diakhiri dengan kematian Albus Dombledore. Tentunya film dibuat lebih "gelap" bukan tanpa alasan. Sulit dipercaya bahwa sembilan tahun yang lalu seri film ini dimulai dengan sebuah film keluarga yang ditonton banyak anak-anak. Sepanjang film, nuansa gelap dan muram sangat terasa, mulai dari tone warna, dialog, hingga musik scoring. Sepertinya mood ini berhasil dipertahankan sutradara David Yates dalam adaptasi filmnya. Yang sudah melahap habis tujuh buku Harry Potter pasti tahu bahwa Harry Potter and the Deathly Hallows memiliki mood paling gelap dibanding enam buku sebelumnya.
